Minggu, 23 Juni 2019

Just Close Your Eyes and Enjoy The Roller Coaster That Is Life

0 Comments
Image result for ilustrasi persaingan


Just Close Your Eyes and Enjoy The Roller Coaster That Is Life
            Ada sebuah penyakit, saya tidak tahu nama resminya. Tapi kita namakan saja “Sindrom Ketinggalan Balapan”, Indikasinya begini :
Kamu sedang belajar atau meniti karir, tapi have no idea kamu mau jadi seperti apa di ujungnya nanti. Kamu melihat figur-figur hebat di bidangmu. Di satu sisi, kamu Jadi bersemangat, di sisi lain kamu jadi overwhelmed karena merasa banyak banget hal yang mesti kamu pelajari untuk berada pada posisi seperti mereka. Efek lainnya juga, mungkin kamu jadi merasa ketinggalan, atau bahkan merasa sudah salah jalan selama ini. Lalu kamu merasa tahun-tahun yang sudah kamu lalui, kamu habiskan begitu saja, agak sia-sia. Kesal dan menyesal rasanya. Terlebih kalau figur yang kamu lihat itu adalah teman sebaya kamu. Ada yang sudah sampai disana, ada yang sudah jadi ini, ada yang sudah menghasilkan itu, rasanya ingin pencet tombol restart hidup – andai saja ada. Apa yang mesti dipikirkan – dilakukan dalam kondisi begitu ?
Penanganan pertama : “Ingat, hakikat yang paling hakiki tentang hidup adalah, bahwa kita semua akan mati, lalu semua cita-cita, pencapaian, karir – betapapun cemerlangnya – akan berakhir, tutup buku. Apa yang paling penting adalah amal kita niatkan, persembahan untuk Sang Pencipta.”
Penanganan kedua : “Ingat, semua orang berproses. Semua yang ada di puncak pernah mendaki dari bawah. Jika kita masih di bawah, santai saja. Panik tidak akan membuat kita tiba-tiba berada di puncak. Tenang, terus berjalan, selangkah-demi selangkah. Lakukan sekecil apapun upaya kamu untuk menjadi versi lebih baik dari diri kamu, setiap hari, setiap waktu.”
Penanganan ketiga : “Ingat, hidup bukan balapan. Yang lebih dulu menjadi hebat tidak membuatnya superior secara permanen dibanding kita, suatu saat kita bisa melampauinya. Terlebih, yang di mata kita sudah hebat, barangkali payah dan berantakan dalam sekian aspek - yang mungkin kita baik disana.”

Created By : Algore Fernanda
Sumber       : Instagram Campuspedia

Read more...

Sibuk Belum Tentu Produktif

0 Comments

Image result for ilustrasi produktif
 Sibuk Belum Tentu Produktif

Dengan banyaknya tugas yang Anda kerjakan, apakah Anda yakin bahwa Anda sudah produktif hari ini? Anda atau sebagian orang mungkin akan menjawab, yah. Namun, tahukah Anda bahwa ada perbedaan antara menjadi produktif dan menjadi sibuk. Itu artinya, tidak peduli seberapa banyak hal yang Anda kerjakan, belum tentu Anda telah produktif hari ini.                                            Satu hal yang patut dipuji dari orang sibuk adalah mereka pekerja keras. Hal ini tentu sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Namun, sayangnya mereka tak bekerja dengan pintar. Mereka             berusaha mengerjakan banyak hal agar dianggap produktif. Padahal, terlalu banyak bekerja hanya membuat diri kelelahan dan akhirnya jatuh sakit. Hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan dan karir.
Disisi lain, orang produktif lebih mengutamakan bekerja dengan cara yang pintar. Artinya bekerjalah dengan target yang pasti. Sebagai contoh, jam kerja saya dimulai sejak pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore. Saya mempunyai target untuk menulis 3 artikel. Jadi yang akan saya tuliskan hanyalah 3 artikel. Jika ketiga artikel itu selesai sebelum pukul 4 sore, maka waktu sisanya saya gunakan untuk refresing  atau memikirkan topik untuk artikel  selanjutnya.                                            
Selain memiliki target, seseorang yang produktif juga mempertimbangkan manfaat dari apa yang ia kerjakan. Apa yang ia kerjakan haruslah bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Hal ini berbeda dengan orang sibuk yang mengerjakan segalanya. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan menentukan arah dari pekerjaan mereka. Bisa dikatakan bahwa seseorang yang sibuk cenderung membuang-buang waktu.
Seseorang yang sibuk sering berfokus pada efisiensi. Dimana fokusnya adalah menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Sedang seseorang yang produktif tidak akan melupakan keefektifan dalam bekerja. Pekerjaan yang ia jalankan harus mencapai target yang sudah ia tentukan dengan hasil yang memuaskan.
Jadi, apakah Anda si produktif atau si sering sibuk?

Created By : Algore Fernanda


Read more...

BERPIKIR POSITIF

0 Comments

 Image result for ilustrasi berpikir positif
BERPIKIR POSITIF
Mengapa perlu berpikir positif? Jawaban yang paling sederhana adalah berpikir positif akan membuat otak dan tubuh menjadi sehat. Seseorang akan terhindar dari penyakit dan gangguan fungsi tubuh lainnya. Boleh jadi seperti itu, orang yang selalu berpikir positif nampak hidup lebih tenang, nyaman, dan tentram.
Lebih dari itu mereka terhindar dari resiko yang tidak diinginkan. Organ tubuh seperti otak memiliki kinerja yang lebih bagus. Kita sudah maklum, godaan untuk berpikir sebaliknya selalu ada. Terutama sekali ketika menghadapi berbagai persoalan dalam pergaulan sosial. Di rumah, di kantor atau di tempat dimana bergaul dengan manusia lain di lingkungan sekitarnya.
1. Berpikir Positif Hadapi Masalah
            Hidup merupakan serangkaian masalah yang harus diselesaikan satu per satu.                         Tidak seorang pun yang luput dari jeratan masalah hidup dan kehidupan. Yang membedakan antara orang perorang adalah bagaimana kecerdasannya mengelola masalah tersebut menjadi sesuatu yang berpotensi untuk kematangan diri.
Modal utama untuk mewujudkan sasaran tersebut adalah berpikir positif. Melakukan respon yang baik terhadap permasalahan yang dihadapi. Bersangka baik (Khusnuzon) terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi.
Kontradiksi dengan kondisi di atas, coba kita amati orang-orang yang berada di sekitar kita.        Mereka yang selalu berpikiran negatif cenderung menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak tenang, mudah emosi dan sensitif. Setiap menghadapi masalah nampak kekalutan dan kebuntuan yang luar biasa, cenderung mengepalkan tangan dengan penuh rasa geram, ucapan dan tubuh kadang-kadang terlihat gemetar. Pendek kata, orang tersebut tampak tidak tenang.
2. Berpikir Positif Itu Sehat
            Mengapa berpikir positif itu sehat? Otak dikenal sebagai pusat pengendali semua organ tubuh. Kesehatan otak akan mempengaruhi bagaimana otak merespon semua peristiwa yang terekam. Sugesti berpikir positif pada otak membuat jaringan di seluruh tubuh akan merespon dengan memaksimalkan kinerja tubuh kita sendiri. Jika ada masalah maka secara langsung otak akan mencari berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk dapat memecahkan masalah tersebut dengan baik.
Proses kerja otak mencari solusi dengan sistematis akan memaksimalkan kerja organ tubuh lainnya seperti mata, jantung, paru_paru dan organ penting lainnya. Artinya, otak akan memerintahkan fungsi kerja organ tubuh lainnya untuk bekerja dengan baik dan sebagaimana mestinya. Itulah yang menyebabkan otak dan organ tubuh bekerja dengan baik sehingga tubuh dan otak menjadi lebih sehat.
3. Berpikir Positif Cegah Konflik Sosial                                 
            Tidak jarang konflik sosial di lingkungan pergaulan sehari-hari justru berawal dari sikap selalu berpikir berpikir negatif, mudah curiga dan berprasangka buruk. Oleh sebab itu sangat penting berpikir positif untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik sosial dalam pergaulan. Jadi, setiap orang perlu berpikir positif dalam merespon setiap masalah yang dihadapi, bahwa masalah itu sesungguhnya bukan untuk dihindari melainkan dihadapi dengan baik. Tubuh menjadi sehat, otak pun menjadi bugar dan iklim pergaulan sosial terjaga dengan harmonis.

Created By : Algore Fernanda

Read more...

We Study Hard But We Know Nothing

0 Comments
Image result for ilustrasi mahasiswa malas



We Study Hard But We Know Nothing
“Mau kemana setelah wisuda. Men?”                                                                                                      “Hah?Duh,gue nggak mikir sejauh itu, Kak.”
“Mau kemana setelah wisuda. Bro?”                                                                                          “Hmmm.Ng..ngak tau, Bang”
“Mau kemana setelah wisuda. Sob?”                                                                                                       “Mau dilamar pengusaha kaya aja, Kak.”
“Mau kemana setelah wisuda wisuda bos?”                                                                                               "Mau ke akherat"                                                                                                   
Begitulah kira-kira jawaban adek-adek kelas ketika gue tanya ke mereka setelah wisuda mau gimana. Nggak usah protes. emang patut disadari dan diterima. keadaan kita saat kuliah itu kira-kira seperti ini: We study, we pass exams, we graduate, and we know nothing.
Nggak lumrah ya, Bagi sebagian besar mahasiswa dan lulusannya, kuliah itu cuma jadi sarana buat gengsi-gengsian, alias cuma berpikir sebatas “aman nyari kerja dengan ijazah kuliah”. beberapa yang lain memilih kuliah lagi (S2) sebagai pelarian karena “takut” kerja. beberapa ada yang beranggapan bahwa dengan kuliah lagi akan lebih mudah mencari kerja. Sayang banget, iya sayang banget sama mantan. We know, degree only enters you at interview section.
Ketika kita pertama kali masuk kuliah, ekspektasi kita akan sangat tinggi bahwa kehidupan setelah lulus akan berjalan mulus. “Gue kan sarjana, pasti gampang dapat kerja.” Padahal faktanya, kita bisa liat sendiri di event-event job fair, udah kayak padang mahsyar.
Kuliah itu memang banyak mengajarkan tentang kemandirian, apa-apa sendiri: Masuk kuliah sendiri, bayar UKT sendiri, bikin skripsi sendiri, lulus ngurus sendiri, nyari kerja sendiri. Jangan berharap banyak sama kampus atau predikat kamu. Setelah lulus, kita nggak akan lagi dihiraukan sama kampus, trust me. Dosen, orang-orang dekanat atau rektorat, akan kembali mengurusi orang-orang baru yang datang. Mereka hanya akan peduli jika kamu punya posisi bagus di perusahaan atau punya dana untuk didonasikan. Urusan kamu udah kerja apa belum, it’s your matter!
Makanya, ini saran yang klise, bagi kamu yang hanya mengandalkan ijazah saja, mungkin kamu bisa dapet pekerjaan dengan mudah, tapi banyak temen gue diluar sana yang akhirnya nggak bahagia saat kerja, karena rendahnya motivasi diri: Kerja beberapa bulan, minta resign. So, make a preparation.
Yes, pengetahuan akademik itu nggak cukup, harus punya skill dan soft skill pembeda dengan lulusan yang lain, misalnya jago marketing, jago bahasa inggris, jago mencukur kumis, jago mencukur bulu kaki, dan skill lainnya.
“Yang lebih penting dari skill dan yang akan membuat kamu survive, adalah karakter kamu”,        kata dosen gue
-
“Gak papa salah jurusan, asal jangan salah pekerjaan.”
Sumpah, jangan mengulangi kesalahan yang sama, bagi kamu yang kuliah salah jurusan, pasti ngerasain gimana nggak enaknya menjalani sesuatu yang tidak disukai. Ketika nanti kerja, jangan lagi bekerja cuma karena tawaran posisi atau gaji yang menggiurkan, kita bekerja kan nggak selamanya untuk uang.
Sebisa mungkin, kita bisa kaya dan bahagia dari pekerjaan yang kita suka. Yah, semua orang pengennya begitu. Cuma bagaimana cara mengawalinya? Kadang kita harus menerjang badai untuk melihat pelangi. Jalani aja sesuatu yang disukai, fokus, hadapi struggle-nya, yakin usaha sampai.
Gue melihat sendiri, temen-temen gue, yang dulunya aktifis, agamis, idealis, berkudis, bagi yang nggak kuat, ujung-ujungnya mereka akan terperangkap dengan desakan kebutuhan, “Kerja di mana dan apa saja, yang penting bisa makan.” , tapi setelah beberapa bulan bekerja, minta resign lagi. Seandainya dia nggak mudah berpindah pekerjaan, mungkin dia sudah punya jabatan tertentu.
Sumpah! Kebanyakan mahasiswa itu idealis abis, tapi setelah lulus, kebanyakan mereka bingung sendiri,”Oh why? Mungkin ini karma dulu gue sering menuntut pemerintah, sekarang gantian gue dituntut sama hidup.”
It’s related, mungkin koruptor saat ini, dulunya juga mahasiswa idealis yang kemudian setelah lulus terdesak sama kebutuhan, karena desakan kebutuhan, segala cara dia halalkan. Don’t be like them.
Hidup ini memang enggak mudah, banyak di antara kita memilih menyerah, padahal bisa jadi esok hari jadi cerah. Kalo kita masih galau dengan urusan rejeki, artinya kita kurang yakin ada Tuhan Yang Maha Memberi.
Created By : Algore Fernanda
Sumber : Group LINE international forum

Read more...
 
Seputar kreativitas © 2014 | Designed By Blogger Templates