KESEDIHAN YANG BERUJUNG KEPASTIAN
Krik…krik…krik
Suara jangkrik di malam yang dingin dan sepi tak seorang pun yang menemaniku, aku duduk di depan pintu rumah baruku sambil makan kue manis buatan ibuku.
Mungkin hanya angin malam yang tau bagaimana perasaanku pada malam itu, aku masih ingat saat terakhir kalinya omelan ibuku menggemah di telingaku.
Pada malam itu cuaca sangat cerah dan terang… hanya saja aku yang mengubah segalahnya menjadi mendung yang diselimuti awan hitam. Itu semua adalah perasaan yang tidak bisa kujelaskan. Tak lama meratapi itu tiba-tiba ada sosok lelaki tampan ynag menghampiriku dan memegang pundakku, ia tersenyum padaku dan berkata “jangan sedih itu semua hanya membuatmu menjadi terbebani”.
Aku menjawab “siapa kau?”
Aku tidak pernah melihatmu dan untuk apa kau kesini?
Lelaki itu menjawab “ aku tau kau adalah gadis yang kuat dan tegar, tapi kau harus tau aku adalah…
Siapa siapa siapa kau? Kata gadis itu.
Disaat itu juga aku sadar kalau aku sedang bermimpi, tapi mimpiku seperti kenyataan.
Aku masih saja celingukan mencari sosok lelaki itu disekelilingku.
Tidak sadar sinar matahari pagi masuk dari cela jendela kamarku dan jam sudah menunjukan pukul 07.45 WIB, aku langsung loncat dari kasurku dan langsung bersiap-siap karena hari ini aku masuk kuliah pukul 08.00 WIB.
Seperti biasa setiap hari aku pergi kuliah dengan angkot, untung saja aku tidak terlambat masuk kelas.
Hari ini tepat satu bulan aku kuliah di UGM.
Tidak lama kami mendapat kabar bahwa dosen tidak masuk hari ini karena sedang ada tugas di luar kota.
Dengan perasaan kecewa aku berjalan pulang, tiba-tiba ada teman satu kelas ku yang memanggilku.
“Tunggu-tunggu Chika…”
Sambil berjalan dia bertanya soal identitasku dan aku merasa senang karena dia adalah orang pertama yang menanyakan itu padaku.
Namanya adalah Ranty dia berasal dari keluarga broken home. Dia mengajakku duduk di taman depan kampus.
Aku pikir itu adalah ide yang bagus.
Sambil bercerita aku dan Ranty terasa akrab dan saling mengerti tentang masalah kehidupan yang sedang kami alami saat ini.
Aduuuh… kepalaku, “sambil memegang kepala”.
Maaf maaf aku tidak sengaja kata seorang laki-laki yang sedang berjalan mengambil bola basketnya yang mengenai Chika.
Ranty tertawa dengan keras saat itu.
Mukaku yang memerah saat itu ingat marah dengan laki-laki memegang bola dihadapannya.
Kamu tuh yaah lain kali kalau main hati-hati dong!!
Kamu kira gak sakit apa? Sambil menatap laki-laki itu.
“Sudah-sudah” kata Ranty temannya.
Dan laki-laki itu sudah pergi tanpa meminta maaf pada Chika.
“eeh mau kemana kau? Kata Chika tapi laki-laki itu berjalan terus dan tidak peduli dengan Chika, dasar laki-laki bodoh!!
Sesudah kejadian itu Ranty mengajak Chika pulang bersamannya, kebetulan Ranty membawa motor, dan mengantarkan Chika sampai di rumahnya.
Ranty mengajak Chika untuk pergi kuliah bersamanya besok.
Jam sudah menunjukan pukul 24.00 WIB tapi aku belum bisa tidur, tapi malah memikirkan laki-laki yang mengenai bola di kepalaku tadi pagi.
Kring…kring…kring suara alarmku berbunyi,
Aku langsung bergegas untuk siap-siap pergi kuliah.
Tin…tin…tin
Ranty sudah sampai di depan rumah Chika, di perjalanan Chika merasa kalau Ranty adalah sahabat sejatinya.
Sampai di kampus bertemu lagi dengan laki-laki yang mengenai kepala Chika dengan bola kemarin.
Masih mau membuka mulut, tiba-tiba laki-laki itu mendekati Chika dan memperkenalkan dirinya sendiri, tak sedikit pun ada senyuman di bibir gadis itu.
Cukup! Buat apa kau memperkenalkan dirimu pada ku?
Aku hanya butuh kau minta maaf kepadaku itu saja!
Ranty memegang tangan Chika sambil mengajaknya pergi.
“Knapa sih Chika kamu gak mau maaf kan Refan?” kata Ranty.
“Aku tidak mau Ran”, karena dia sudah tidak sopan padaku kemarin.
“Sudahlah daripada mikirin dia mending kita makan es cream yuk”, kata Chika.
“Okee aku mau”, kata Ranty.
Sambil makan es cream tiba-tiba hujan turun dengan lebat dan banyak orang yang mampir ke tempat mereka makan es cream. Salah satunya ada Refan yang berhenti disitu.
Chika dan Ranty saling menatap satu sama lain.
Hujan pun sudah redah mereka semua pergi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba motor Ranty mogok karena terkena air hujan. Akhirnya Ranty menelfon papanya untuk datang menjemputnya sedangkan Chika tidak tau pulang dengan siapa waktu itu.
“Refan Refan bisa kau antar Chika pulang ke rumahnya?Motorku mogok nih”, kata Ranty.
“Tidak-tidak aku naik angkot saja”, kata Chika.
Padahal waktu sudah sangat sore dan angkot pun tidak ada lagi.
“Ayolah Chika ikutlah dengan Refan sekali ini saja!” Kata Ranty.
“Aku sudah basah, sekarang kamu mau ikut gak sama aku?” Kata Refan dengan muka cemberut.
Pada akhirnya Chika ikut dengan Refan, sepanjang perjalanan mereka hanya diam tidak ada yang mau memulai pembicaraan duluan.
Chika menganggap kalau Refan adalah laki-laki yang butuk. Sampai di rumah Chika berterima kasih dengannya tetapi Refan cuma melihat gadis itu.
“Dasar laki-laki sombong aku tidak suka dia”, kata Chika kepada Ranty saat di telfon.
“Awas loh entar kamu suka lagi sama Refan”, kata Ranty.
“Tidak akan pernah”, kata Chika sambil marah.
Ternyata Refan adalah abang leting Chika dan Ranty di kampus, yang sudah sejauh ini tidak mereka ketahui.
Mulai dari situlah Chika takut dengan Refan yang selama ini dia benci dan dikira beda jurusan dengannya.
Refan pun merasa aneh dengan sikap Chika yang drastis berubah kepadanya.
Sejak itu juga Chika diunjuk oleh dosennya untuk menjadi perwakilan mahasiswi berprestasi untuk mengikuti olimpiade di Jakarta.
Dari jurusan fisika ada dua perwakilan untuk pergi mengikuti olimpiade ke Jakarta.
Tidak sengaja Ranty mendengar berita kalau Refan abang letingnya adalah perwakilan mahasiswa yang mengikuti olimpiade seperti Chika sahabatnya.
Ranty langsung mengatakan itu kepada Chika.
Saat itu juga jantung Chika berdetak dengan sangat kencang dan tak beraturan serasa takut dan malu kepada Refan selaku abang letingnya sendiri.
Tepat pada hari minggu siang Chika dan Refan diminta oleh dosennya untuk berkumpul ditaman kampus untuk membicarakan masalah olimpiade yang akan dilaksanakan satu bulan kedepan.
Mulai dari situlah Refan dan Chika akrab dan saling bekerjasama membuka karakter masing-masing.
Mereka makin sering berjumpa sekarang, tapi Chika semakin jauh dengan Ranty sahabatnya di karenakan kesibukan Chika yang sudah mendekati dateline.
Mulailah Refan menunjukan sifat aslinya, kalau sebenarnya dia orangnya asik, cerdas dan baik hati.
Chika yang selama ini berpikiran kalau Refan adalah buruk itu tidak benar.
Dengan berjalannya waktu Refan dan Chika akhirnya pergi ke Jakarta untuk mengikuti olimpiade yang mewakili kampus juga jurusan mereka.
Tidak disangka mereka menang menjadi perwakilan mahasiswa/mahasiswi berprestasi yang mendapatkan piagam penghargaan dan uang sebesar 50 juta.
Alangkah senangnya mereka berdua akhirnya kerja keras yang selama ini mereka lakukan tidak sia-sia.
Belakangan ini Refan sering memikirkan Chika yang awalnya dia tidak pernah memperdulikan gadis itu, begitupun sebaliknya, Chika sering senyum-senyum sendiri kalau mengingat refan yang belakangan ini sering dekat dengannya.
Akhirnya Refan memutuskan untuk mengajak Chika diner bersamanya sambil merayakan kemenangan mereka. Sejak itulah hubungan mereka dimulai.
SELESAI
Writer by : Yuli Ramadani
Read more...