Teruntuk kamu
aku berterima kasih karena mu, aku belajar untuk tak takut lagi akan hujan
terima kasih karena mu aku akan belajar untuk tak takut lagi dengan kilatan yang ada di langit, serta suara gemuruh yang tedengar seperti kemarahan.
kamu mengajarkan ku bahwa tak ada yang perlu di takutkan dari rintikan air yang jatuh dari langit itu
mulai sekarang aku belajar untuk tidak takut
mulai sekarang aku belajar menikmatinya
****
Langit pagi ini nampaknya sedang tidak bersahabat. Sebuah kilatan dan suara gemuruh terdengar dengan jelas dari balik kamar seorang gadis. buliran air yang sering di sebut hujan pun mulai turun membasahi apapun yang ada di bawahnya.
disudut kamar terlihat seorang gadis sedang meringkuk sambil terisak, kedua tangannya pun menutup telinga agar suara gemuruh tak terdengar lagi.
bayangan masa lalu itu pun kembali lagi, bayangan yang coba ia kubur dalam dalam, namun setiap kali hujan datang, bayangan itu pun juga kembali datang.
"Aku benci hujan" Lirihnya dengan nada terisak.
Ceklek...
seorang pria paruh baya masuk kedalam kamar bercat pink khas kamar anak perempuan pada umumnya.
"Rainaa..." Panik pria yang di ketahui sebagai Ayahnya Raina.
ya nama gadis dalam cerita ini adalah Raina.
Nama Raina diambil dari bahasa Inggris yang berarti Hujan. Tidak seperti namanya, Raina sangat membenci Hujan. Hujan memiliki banyak luka yang akan terbuka setiap kali datangnya hujan.
"Tenang sayang..Tenang.. ada Ayah disini" Ucap Reno sambil memeluk putri kecilnya itu
"Hujan jahat Ayah, dia ngambil bunda dari kita " Ucap Raina masih dalam isaknya
"Hujan gak jahat sayang, bunda pergi bukan karena hujan. Tapi emang uda takdir dari tuhan. Mulai sekarang kamu gak boleh benci lagi sama hujan ya? Dia gak salah apa apa" Ucap Reno kemudian mengecup sekilas kening Raina.
Isak Raina reda bersamaan dengan hujan yang ada di luar
"Hujan nya uda reda, sekarang kamu mandi terus berangkat ke sekolah ya" Ucap Reno sambil melepaskan pelukannya dan pergi dari kamar putrinya.
"Siap kapten" Ucap Raina dengan mata sembab
****
Bel sekolah sudah berbunyi di SMA PELITA para siswa berhamburan memasuki kelasnya masing masing, Sama seperti siswa yang lain, Raina pun memasuki ruang kelasnya sambil menyiapkan alat tempur yang telah di persiapkannya sejak tadi malam.
suasana di kelas yang ribut seperti pasar tak membuat Raina terganggu, Ia masih fokus mengerjakan tugas fisika yang di berikan buk Ani.
"Aelah, Ren, kamu gak capek, belajar aja?" Celetuk Dino teman sekelasnya Raina
Raina pun tak memperdulikan Dino, dan masih berkutat pada tugas fisika yang mungkin lebih menarik dari pada cowok absurd yang ada di hadapannya.
"Apa menariknya sih, tugas fisika itu sampai sampai kamu gak memperdulikan makhluk ciptaan tuhan yang paling ganteng ini." Ujar Dino sedikit kesal
Lagi dan lagi Raina pun tak memperdulikannya, dan masih setia dengan tugas fisika.
"Susah emang ngomong sama orang kayak kamu, sama suara saja kamu pelit, gimana kalo aku nanti mau nyontek tugas fisika sama kamu? gak kamu kasih mungkin, Ren" Ucap Dino.
"Makanya belajar, jangan nyontek mulu" Kesal Raina karena terus di ganggu oleh Dino
"Kamu jarang ngomong, sekalinya ngomong nyakitin ya Ren" Ucap Dino
Raina pun melirik sekilas kearah Dino dan pergi meninggalkan cowok itu
****
Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Raina tengah berada di halte depan sekolahnya, menunggu kendaraan umum yang lewat.
langit siang ini pun nampaknya kurang bersahabat, awan hitam mendominasi, rasa takut pun mulai menghampiri Raina.
Derrrrr.....
Sebuah petir menyambar, membuat Raina terisak, tangan nya dingin dan bibirnya pucat. Dino yang saat itu melintas dan melihat Raina langsung menepikan sepeda motornya dan menghampiri Raina yang terlihat kacau.
"Kamu kenapa, Ren?" Tanya Dino sambil memegang pundak Raina
Raina terus menangis dan tak memperdulikan ucapan Dino. Dino pun membiarkan Raina meluapkan emosinya.
Raina pun sudah mulai tenang dari isaknya, Dino pun menatap raina dengan tatapan iba.
"Kamu kenapa, Ren?" Tanya Dino lembut
"Aku takut hujan" Jawab Raina
"Hujan gak serem, kamu gak perlu takut. Masa cewek kayak kamu takut sama hujan. Biasanya cewek itu seneng main hujan hujanan. Tapi kamu malah kebalikannya" Ucap Dino
"Mungkin menurut kamu, aku aneh? Iya emang aku aneh. Puas?" Kesal Raina
"Bukan itu maksud aku, Maaf kalau itu membuat kamu tersinggung, Aku gak ada maksud apa apa kok. suer deh" Ucap Dino sambil membentuk huruf V di tangannya
"Aku janji bakalan buat kamu gak takut lagi sama hujan" Seringai jahil Dino muncul
"Caranya?" Tanya Raina bingung
"Kita mandi hujan" Ucap Dino sambil menarik tangan Raina ke bawah hujan.
"DINOOOO" Teriak Raina
Dino pun tak menggubris ucapan Raina. ia malah menikmati buliran air yang jatuh mengenai wajahnya. dan Raina sudah mulai terbiasa dengan air hujan yang jatuh membasahinya
"Gimana? Kamu gak takut sama hujan lagi kan?" Tanya Dino sambil menoleh kearah Raina
"Sedikit" Jawab Raina singkat
"Oya Ren, Kamu kenapa sih takut banget sama hujan?" Tanya Dino penasaran
"Dulu pas TK, Bunda meninggal karena kecelakaan. posisinya lagi hujan deras banget, banyak petir, jalanan lagi licin, terus dari arah belawanan ada truk gede banget. Bunda hilang fokus karena ada petir. Bunda takut banget sama petir, Akhirnya mobil kita tabrakan. sayangnya aku selamat sedangkan bunda enggak" Jelas Raina sambil menitikan air mata, luka lama yang telah ia kubur kembali terkuak, bedanya kali ini dia ada membai nya bersama orang lain.
"Sekarang kamu gak boleh takut lagi sama hujan, Oke? Ada aku yang selaludi samping kamu. Lagian gak sesuai tau sama nama kamu. Nama hujan tapi takut hujan" Ucap Dino dengan nada lembut
"Uda yuk no main hujannya, aku uda mulai kedinginan ni" Ucap Raina sambil menggosok gosokkan kedua tangannya. dan pergi meninggalkan Dino yang masih setia dengan hujan.
"Sini biar aku anter pulang" Ujar Din dan menyamakan langkah nya dengan langkah Raina
"Mulai sekarang kamu gak perlu takut sama hujan" Bisik Dino yang membuat Raina tersenyum
mereka pun telah sampai di depan rumah Raina
"Kita sampai" Ucap Raina
"Kalau gitu, Aku pulang dulu ya" Pamit Dino
"Gak mau mampir dulu?" Tanya dengan lembut
"Gak usah deh, lagian uda kesorean juga" Tolaknya dengan halus
"Aku pulang dulu ya" Ucap Dino sambil mengacak rambut Raina dan pergi meninggalkan Dino
Raina pun mentap punggung cowo itu yang kian lama menjauh dan menghilang di balik gang depan rumahnya
perlakuan manis Dino pun mampu membuat Raina senyum senyum sendiri
"Assalamu'alaikum" Ucap Raina di depan rumahnya
"Waalaikum'salam" Jawab Reno "Kamu kok basah?" Tanya Reno sedikit bingung
"Tadi Raina habis mandi hujan" Jawab Raina
"Jadi ceritanya anak ayah uda gak takut hujan lagi nih? Perasaan tadi pagi masih nangis nangis karena hujan" Ledek Reno
"Iihh... Ayah mah nyebelin" Ucap Raina sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Reno pun tertawa melihat tingkah putrinya
"Syukurlah kamu gak takut lagi sama hujan. Lagian kan emang hujan itu gak serem jadi buat apa di takutin? Sekarang kamu mandi terus ganti baju habis itu makan" Ucap Reno
berat memang menjadi ayah sekaligus menjadi ibu
"Siap kapten" Ucap Raina sambil memberikan tanda hormat
*****
TAMAT
Created by: Rabiatul hadawiah