Sabtu, 18 Mei 2019

TRADISI MAK MEUGANG DI ACEH

0 Comments
    Masyarakat Aceh memliki tradisi yang unik yaitu "MAK MEUGANG atau MEGANG". Beberapa fakta unik tentang meugang yaitu di hari meugang Masyarakat Aceh membeli daging sapi segar. Tak hanya daging sapi,mulai dari daging kambing, kerbau, dan daging lainnya selain dari pada ikan. Kemudian mengolah nya menjadi berbagai makanan khas Aceh, mulai dari masak puteh, kuah mirah, rendang, dan lain sebagainya. Tak hanya sehari sebelum Ramadhan,  Meugang juga akan dirayakan kembali pada akhir puasa menjelang hari raya, baik hari ray Aidul fitri dan Aidul adha. Biasanya, Meugang dirayakan selama dua hari, Masyarakat Aceh biasa menyebutnya "Mak Meugang ubeut Dan Mak Meugang rayeuk".
     
         Menurut riwayat, tradisi ini pertama kali berlangsung pada masa Kerajaan Aceh Darussalam ratusan tahun lalu. Kebiasaan ini bermula saat sultan memutuskan untuk membagikan daging, uang, hingga kain kepada kalangan fakir miskin, duafa, dan penyandang disabilitas. Kebiasaan itu berlangsung persis pada waktu meugang.Lalu, saat Sultan Iskandar Muda berkuasa (1607—1636), tradisi ini semakin menguat. Sultan bahkan membagikan koin emas kepada kaum yang membutuhkan.
     
      Budayawan Aceh Tarmizi Abdul Hamid mengatakan bahwa tradisi meugang mulai resmi dilaksanakan pada masa Sultan Iskandar Muda.“Setelah dikeluarkan maklumat melalui Qanun Meukuta Alam pada 1608 Masehi tentang meugang,” katanya, Jumat (3/5).Sebelum pelaksanaan meugang, Sultan Iskandar Muda memerintahkan otoritas resmi kerajaan atau Qadi Mua`azzam Khazanah Balai Silaturrahmi untuk mendata para fakir, miskin, anak yatim, dan penyandang disabilitas.Sultan lalu memerintahkan bawahannya untuk menyediakan uang dirham, kain-kain, kerbau, dan sapi.Pihak kerajaan lalu membagikan daging, uang, lima koin emas, dan kain sepanjang enam hasta. Hitungan hasta merujuk pada ukuran panjang dari ujung jari hingga siku. Sultan memercayakannya kepada keuchik atau kepala desa di Aceh untuk membagikannya.

Dalam Qanun Meukuta Alam Bab 2 Pasal 47 disebutkan bahwa pemberian bekal pada hari meugang itu merupakan wujud kecintaan sultan kepada rakyatnya.Menurut Tarmizi atau akrab disapa Cek Midi ini, penamaan meugang atau makmeugang diambil dari sebuah kawasan yang makmur dan menjadi tempat persinggahan para saudagar kaya yang alim dengan kapal-kapal besar di wilayah Peunayong, Bandar Aceh Darussalam tempo dulu.Tempat itu dijadikan sebagai lokasi menyembelih ternak menjelang Ramadan. Kemakmuran di kawasan kemudian terdengar hingga seantero Aceh.Tanpa kesepakatan bersama, tradisi menjelang Ramadan ini kemudian disebut meugang atau makmeugang.

Created by :Cut Ayu Dahliana 
Source : google.com

Leave a Reply

 
Seputar kreativitas © 2014 | Designed By Blogger Templates