Nim : 180240035
Kelas : Mankom B Perkembangan Industri Media
Media Sebagai Penyampaian dan Penafsiran Pesan
1. Pendahuluan
Salah satu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan semakin banyak memberikan konstribusinya terhadap perkembangan pendidikan di tanah air kita ialah bidang Teknologi pendidikan. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya pengembangan pendidikan, tentu saja, sangat tergantung pada jumlah dan kemampuan para ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Teknologi baru akan mempunyai implikasi yang radikal terhadap proses belajar mengajar konvensional. Dalam merekonfigurasi bagaimana pengajar dan siswa mendapatkan akses ke pengetahuan dan informasi, teknologi baru menantang konsepsi konvensional mengena bahan-bahan belajar mengajar, dan metode serta pendekatan belajar mengajar (Unesco, 2002).
Dampak globalisasi akan memengaruhi segala aspek dalam kehidupan manusia, termasuk juga dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan perubahan paradigma dalam proses pembelajaran terutama tentang konsep bagaimana cara orang belajar dan bagaimana cara materi ajar itu diberikan. Menyikapi dampak globalisasi ini perlu adanya pergeseran tentang peran guru yang selama ini dianggap sebagai sau-satunya sumber belajar, atau orang yang paling tahu di sekolah berubah menjadi hanya sebagai salah satu sumber belajar. Sejalan dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi/ pendidikan/pembelajaran, guru harus lebih berperan sebagai fasilitator dengan mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber belajar lain, misalnya media pendidikan.
2. Pembahasan
Media pembelajaran pada prinsipnya adalah sebuah proses komunikasi, yakni proses penyampaian pesan yang diciptakan melalui suatu kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman dan sebagainya. Melalui proses komunikasi, pesan, atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Supaya tidak terjadi miss dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi yang disebut media.Dalam proses belajar mengajar,media digunakan untuk memperlancar arus komunikasi belajar mengajar yang popular disebut media pembelajaran. Media pada dasarnya adalah suatu pesan. Implikasinya adalah Sangat penting untuk memahami media apa yang terbaik untuk menyampaikan pesan. Individu pada dasarnya memanfaatkan/menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan dan mencapai suatu tujuan. Lundberg & Hulten(1995) menyebutnya sebagai suaru “uses and gratification model” (model penggunaan dan kepuasan terhadap suatu media),di mana ada lima elemen pada model tersebut, yakni:(1)Audiens dianggap berperilaku aktif. Mereka menggunakan media berdasarkan tujuan tertentu.(2) Dalam proses komunikasi massa, sebagian besar inisiatif dalam mengaitkan pemuasan kebutuhan, pencapaian tujuan, dan pemilihan media yang digunakan, tergantung pada audiens. Schramm, Lyle & Parker(1995) menyatakan suatu terminologi “efek” yang cenderung disalahartikan, karena menganggap televisi “melakukan sesuatu” terhadap anak-anak, padalah faktanya adalah bahwa anak-anaklah yang lebih aktif dalam hubungan antara mereka dengan televisi. Anak-anaklah yang menggunakan televisi dan bukan sebaliknya. (3) Pada dasarnya, media yang bersaing dengan hal-hal lain yang dapat dijadikan sarana pemuas kebutuhan para audiens. Kebutuhan dasar yang dapat di penuhi oleh media hanyalah sebagian dari kebutuhan dasar manusia yang lebih luas, dan tingkat kepuasan yang didapat dengan mengkonsumsi media juga bervariasi (tidak sama antara seorang individu dengan lainnya). (4) Secara metodologis, banyak tujuan dari penggunaan media yang didapatkan dari sesama audiens secara individual. (5) Beberapa studi menunjukkan bahwa kepuasan audiens didapatkan sedikitnya dari tiga sumber yang berbeda dari suatu media, yakni: isi media, eksposure yang ditampilkan media, dan konteks sosial yang menggambarkan situasi dari eksposure terhadap media lain yang berbeda . Ada dua pendekatan yang digunakan untuk memahami kesetaraan media ini, yaitu menggunakan sifat-sifat (attributes) media sebagai langkah awal studi dengan asumsi bahwa mediamedia yang memiliki kesamaan atribut akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang sama, dan begitu juga sebaliknya, media yang berbeda atribut akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pula; atau, menggunakan struktur dari audiens sebagai langkah awal studi, dengan anggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan secara psikologis atau kebutuhankebutuhan yang mirip secara konseptual akan dapat dipuaskan oleh media-media yang memiliki kesamaan/kemiripan atribut. Teknologi pendidikan mengimplikasikan penggunaan alat-alat teknologi yang digunakan sebagai alat bantu mengajar seperti, televisi, radio, maupun film (Wijaya, dkk. 1992). Seringkali peralatan berbasis teknologi dibuat bukan untuk tujuan pendidikan. Tetapi, guru dapat memanfaatkan peralatan tersebut untuk membantu kegiatan pembelajaran, sehingga guru memasukkan alat-alat berbasis teknologi tersebut sebagai bagian dari prosedur pengajaran di kelas. Seels and Richey (1994) menegaskan bahwa sejalan dengan perkembangan waktu, sekarang ini banyak muncul desainer media pembelajaran berbasis teknologi. Mereka menyarankan bahwa desain untuk membuat media yang mampu memenuhi kebutuhan terhadap individu, kelompok, maupun lingkungan. Media bantu pembelajaran berbasis teknologi telah mengalami perubahan dari yang tadinya berupa visual saja menjadi yang lebih bersifat interaktif. Kalau kita membahas masalah media tentu ruang lingkupnya sangat luas. Oleh karena itu, di sini masalah media kita batasi ke arah yang relevan dengan masalah pembelajaran.Assosiation of Education and Communication Technology (AECT), yakni sebuah asosiasi yang bergerak di bidang teknologi dan komunikasi di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ Informasi. Sedangkan Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Contoh konkretnya adalah: buku, film, dan kaset. Sementara, menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Assosiation), media adalah bentuk-bentuk komunikasi tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Apapun batasannya, masalah media ini mempunyai persamaan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari komunikator ke komunikan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran yang baik akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong yang dididik untuk melakukan praktek-praktek yang benar.
Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media, dan menurut Hubbard (1983) ada 9 (sembilan) kriteria, yakni:
(1) Biaya
(2) Fasilitas pendukung
(3) Kecocokan dengan ukuran kelas
(4) Keringkasan
(5) Kemampuan untuk diubah
(6) Waktu dan tenaga penyiapan
(7) Pengaruh yang ditimbulkan
(8) Kerumitan
(9) Kegunaan
Pada dasarnya media hanya sebagai alat bantu mengajar para guru (teaching aids), alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual seperti gambar, model, objek, dan sebagainya, yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi retensi belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi di abad ke-20, alat visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio yakni audiovisual aids (AVA).Adapun peralatannya sangat beragam yang dapat digunakan guru menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visualnya saja. Pada akhir 1950, ada pergeseran teori dalam proses belajar mengajar, yakni pengaruh teori komunikasi yang memengaruhi penggunaan alat bantu audiovisual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan dan informasi belajar. Kemudian, behaviorism theory pada 1960-1965, yang diajarkan BF. Skinner ikut memengaruhi pengguaan media pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah mengubah tingkah laku siswa.
Secara umum, kegunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
(1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalisme, baik dalam bentuk katakata tertulis atau lisan.
(2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera sebagai:
(a) Objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model.
(b) Objek yang kecil- dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar
(c) Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography) (d) Kejadian atau peristiwa yang terdapat di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman fim, video, film bingkai, foto, maupun secara verbal.
(e) Objek terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
(f) Konsep terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dll) dapati disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
Untuk itu dalam proses belajar mengajar agar efektif, efisien, dan berkualitas, idealnya perlu memperhatikan media pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran juga memiliki nilai praktis dan kegunaan yang amat besar dalam proses belajar mengajar. Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang di persyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi, dan evaluasi, secara umum dari tiga mode dasar dialog/komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999): (1) Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa (2) Dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar (3) Dialog/komunikasi di antara siswa Apabila ketiga aspek tersebut bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut. (Pelikan, 1992). Kemudian, dinyatakan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga dialog/komunikasi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web (Bottcher, 1999).